Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kota Tarakan merupakan kota terbesar ketiga di provinsi Kalimantan Timur,Indonesia dan juga merupakan kota terkaya ke-17 di Indonesia. Kota ini memiliki luas wilayah 657,33 km² dan sesuai dengan data Badan Kependudukan Catatan Sipil dan Keluarga Berencana Kota Tarakan pada tahun 2010 berpenduduk sebanyak 193.069 jiwa. Tarakan atau juga dikenal sebagai Bumi Paguntaka, berada pada sebuah pulau kecil yang terletak di utara Kalimantan Timur.
Semboyan dari kota Tarakan adalah Tarakan Kota "BAIS" (Bersih, Aman, Indah, Sehat dan Sejahtera).
Sejarah
Tarakan menurut cerita rakyat berasal dari bahasa tidung “Tarak” (bertemu) dan “Ngakan” (makan) yang secara harfiah dapat diartikan “Tempat para nelayan untuk istirahat makan, bertemu serta melakukan barter hasil tangkapan dengan nelayan lain. Selain itu Tarakan juga merupakan tempat pertemuan arus muara Sungai Kayan, Sesayap dan Malinau.[1]
Era Kerajaan Tidung
Kerajaan Tidung[3] atau dikenal pula dengan nama Kerajaan Tarakan (Kalkan/Kalka) adalah kerajaan yang memerintah Suku Tidung di utara Kalimantan Timur, yang berkedudukan diPulau Tarakan dan berakhir di Salimbatu. Sebelumnya terdapat dua kerajaan di kawasan ini, selain Kerajaan Tidung, terdapat pula Kesultanan Bulungan yang berkedudukan di Tanjung Palas. Berdasarkan silsilah (Genealogy) yang ada bahwa dipesisir timurPulau Tarakan yaitu di kawasan Dusun Binalatung sudah ada Kerajaan Tidung Kuno (The Ancient Kingdom of Tidung), kira-kira pada tahun 1076-1156, kemudian berpindah ke pesisir selatan Pulau Tarakan di kawasan Tanjung Batu pada tahun 1156-1216, lalu bergeser lagi ke wilayah barat yaitu ke kawasan Sungai Bidang kira-kira di tahun 1216-1394, setelah itu berpindah lagi, yang relatif jauh dari Pulau Tarakan ke daerah Pimping bagian barat dan kawasan Tanah Kuning, sekitar tahun 1394-1557.
Dari riwayat-riwayat yang terdapat dikalangan suku Tidung tentang kerajaan yang pernah ada dan dapat dikatakan yang paling tua di antara riwayat lainnya yaitu dari Menjelutung di Sungai Sesayap dengan rajanya yang terakhir bernama Benayuk. Berakhirnya zaman Kerajaan Menjelutung karena ditimpa malapetaka berupa hujan ribut dan angin topan yang sangat dahsyat sehingga mengakibatkan perkampungan di situ runtuh dan tenggelam kedalam air (sungai) berikut warganya. Peristiwa tersebut dikalangan suku Tidung disebut Gasab yang kemudian menimbulkan berbagai mitos tentang Benayuk dari Menjelutung.
Dari beberapa sumber didapatkan riwayat tentang masa pemerintahan Benayuk yang berlangsung sekitar 35 musim. Perhitungan musim tersebut adalah berdasarkan hitungan hari bulan (purnama) yang dalam semusim terdapat 12 purnama. Dari itu maka hitungan musim dapat disamakan lebih kurang dengan tahun Hijriah. Apabila dirangkaikan dengan riwayat tentang beberapa tokoh pemimpin (Raja) yang dapat diketahui lama masa pemerintahan dan keterkaitannya dengan Benayuk, maka diperkirakan tragedi di Menjelutung tersebut terjadi pada sekitaran awal abad XI. Kelompok-kelompok Suku Tidung pada zaman Kerajaan Menjelutung belumlah seperti apa yang terdapat sekarang ini, sebagaimana diketahui bahwa dikalanganSuku Tidung yang ada di Kalimantan Timur sekarang terdapat 4 (empat) kelompok dialek bahasa Tidung, yaitu :
- Dialek bahas Tidung Malinau
- Dialek bahasa Tidung Sembakung.
- Dialek bahas Tidung Sesayap.
- Dialek bahas Tidung Tarakan yang biasa pula disebut Tidung Tengara yang kebanyakan bermukim di daerah air asin.
Dari adanya beberapa dialek Bahasa Tidung yang merupakan kelompok komunitas berikut lingkungan sosial budayanya masing-masing, maka tentulah dari kelompok-kelompok dimaksud memiliki pemimpin masing-masing. Sebagaimana diriwayatkan kemudian bahwa setelah Kerajaan Benayuk di Menjelutung runtuh maka anak keturunan beserta warga yang selamat berpindah dan menyebar kemudian membangun pemukiman baru. Salah seorang dari keturunan Benayuk yang bernama Kayam selaku pemimpin dari pemukiman di Linuang Kayam (Kampung si Kayam) yang merupakan cikal bakal dari pemimpin (raja-raja) di Pulau Mandul, Sembakung dan Lumbis.
Berikut adalah raja-raja yang pernah memimpin Kerajaan Tidung :
- Benayuk dari sungai Sesayap, Menjelutung (Masa Pemerintahan ± 35 Musim)
- Yamus (Si Amus) (Masa Pemerintahan ± 44 Musim)
- Ibugang (Aki Bugang)
- Itara (Lebih kurang 29 Musim)
- Ikurung (Lebih kurang 25 Musim)
- Ikarang (Lebih kurang 35 Musim), di Tanjung Batu (Tarakan).
- Karangan (Lebih kurang Musim)
- Ibidang (Lebih kurang Musim)
- Bengawan (Lebih kurang 44 Musim)
- Itambu (Lebih kurang 20 Musim)
- Aji Beruwing Sakti (Lebih kurang 30 Musim)
- Aji Surya Sakti (Lebih kurang 30 Musim)
- Aji Pengiran Kungun (Lebih kurang 25 Musim)
- Pengiran Tempuad (Lebih kurang 34 Musim)
- Aji Iram Sakti (Lebih kurang 25 Musim) di Pimping, Bulungan
- Aji Baran Sakti (Lebih kurang 20 Musim).
- Datoe Mancang (Lebih kurang 49 Musim)
- Abang Lemanak (Lebih kurang 20 Musim), di Baratan, Bulungan
- Ikenawai bergelar Ratu Ulam Sari (Lebih kurang 15 Musim)
Era Dinasti Tengara
Dinasti Tengara bermulai pada tahun 1557-1916 Masehi, dinasti ini pertama kali dipimpin olehAmiril Rasyd Gelar Datoe Radja Laoet pada tahun 1557 Masehi dan berakhir pada saat dipimpin oleh Datoe Adil pada tahun 1916, Dinasti Tengara berlokasi di kawasan Pamusian, Tarakan Tengah
Berikut adalah raja-raja yang pernah berkuasa pada masa Dinasti Tengara :
- Amiril Rasyd Gelar Datoe Radja Laoet (1557-1571)
- Amiril Pengiran Dipati I (1571-1613)
- Amiril Pengiran Singa Laoet (1613-1650)
- Amiril Pengiran Maharajalila I (1650-1695)
- Amiril Pengiran Maharajalila II (1695-1731)
- Amiril Pengiran Dipati II (1731-1765)
- Amiril Pengiran Maharajadinda (1765-1782)
- Amiril Pengiran Maharajalila III (1782-1817)
- Amiril Tadjoeddin (1817-1844)
- Amiril Pengiran Djamaloel Kiram (1844-1867)
- Ratoe Intan Doera/Datoe Maoelana (1867-1896), Datoe Jaring gelar Datoe Maoelana adalah putera Sultan Bulungan Muhammad Kaharuddin (II)
- Datoe Adil (1896-1916)
Era Hindia Belanda
Ketenangan masyarakat setempat agak terganggu ketika pada tahun 1896, sebuah perusahaan perminyakan Belanda, BPM (Bataavishe Petroleum Maatchapij) menemukan adanya sumber minyak di pulau ini. Banyak tenaga kerja didatangkan terutama dari pulau jawa seiring dengan meningkatnya kegiatan pengeboran. Mengingat fungsi dan perkembangan wilayah ini, pada tahun 1923 Pemerintah Hindia Belandamerasa perlu untuk menempatkan seorang Asisten Residen di pulau ini yang membawahi 5 (lima) wilayah, yakni: Tanjung Selor, Tarakan, Malinau, Apau Kayan dan Berau. Namun pada masa pasca kemerdekaan, Pemerintah RI merasa perlu untuk mengubah status kewedanan Tarakan menjadi Kecamatan Tarakan sesuai dengan Keppress RI No. 22 Tahun 1963.
Era Pendudukan Jepang
Pada saat pendaratan Sekutu, angkatan Jepang di Tarakan berjumlah 2.200 orang yang didatangkan dari Angkatan Darat Kekaisaran Jepangdan Angkatan Laut Kekaisaran Jepang. Satuan terbesar adalah Batalion Infantri Independen ke-455 yang berkekuatan 740 orang yang dikomandoi oleh Mayor Tadai Tokoi. 150 pasukan pendukung AD juga ada di Tarakan. Sumbangan AL kepada garnisun Tarakan tersusun atas 980 pelaut yang dikomandoi oleh Komandan Kaoru Kaharu. Satuan laut utama adalah Angkatan Garnisun Laut ke-2 yang berkekuatan 600 orang. Satuan laut ini dilatih bertempur sebagai infantri dan mengoperasikan beberapa senapan pertahanan pesisir. 350 pekerja minyak sipil Jepang juga diharapkan bertempur pada saat serangan Sekutu. Angkatan Jepang termasuk sekitar 50 orang Indonesia yang berdinas di satuan pengawal pusat. Mayor Tokoi mengarahkan keseluruhan pertahanan Tarakan, meskipun hubungan antara AL dan AD buruk.[4]
Angkatan Jepang dipusatkan di sekitar Lingkas, pelabuhan utama Tarakan dan tempat satu-satunya pantai yang cocok untuk pendaratan pasukan.[5] Pembela itu telah menghabiskan waktu beberapa bulan sebelum serangan yang menyusun posisi bertahan dan menanam ranjau.[6] Pertahanan yang diatur itu banyak dipakai selama pertempuran, dengan taktik Jepang yang difokuskan pada posisi bertahan pra-persiapan yang kuat. Jepang tak melakukan kontra-serangan besar apapun, dan kebanyakan gerakan menyerang terbatas pada beberapa pihak penyerang yang mencoba menyelusup garis Australia.[7]
Mendapatkan ladang minyak Tarakan adalah satu tujuan awal Jepang selama Perang Pasifik. Jepang menyerang Tarakan pada tanggal 11 Januari 1942 dan mengalahkan garnisun Belanda yang kecil dalam pertempuran yang berlangsung selama 2 hari di mana separuh pasukan Belanda gugur. Saat ladang minyak Tarakan berhasil disabotase oleh Belanda sebelum penyerahannya, Jepang bisa dengan cepat memperbaikinya agar bisa menghasilkan lagi dan 350.000 barel diproduksi tiap bulan dari awal tahun 1944.[8]
Menyusul penyerahan Belanda, 5.000 penduduk Tarakan amat menderita akibat kebijakan pendudukan Jepang. Banyaknya pasukan Jepang yang ditempatkan di pulau ini mengakibatkan penyunatan bahan makanan dan sebagai akibatnya banyak orang Tarakan yang kurang gizi. Selama pendudukan itu, Jepang membawa sekitar 600 buruh ke Tarakan dari Jawa. Jepang juga memaksa sekitar 300 wanita Jawa untuk bekerja sebagai "jugun ianfu" (wanita penghibur) di Tarakan setelah membujuk mereka dengan janji palsu mendapatkan kerja sebagai juru tulis maupun membuat pakaian.[9]
Arti penting Tarakan bagi Jepang makin menguap dengan gerak maju cepat angkatan Sekutu ke daerah itu. Tanker minyak Jepang yang terakhir meninggalkan Tarakan pada bulan Juli 1944, dan serangan udara Sekutu yang hebat di tahun-tahun itu menghancurkan produksi minyak dan fasilitas penyimpanan di pulau itu.[10] Serangan ini juga membunuh beberapa ratus penduduk sipil Indonesia.[11] Sejalan dengan kepentingannya yang makin menurun, garnisun Jepang di Tarakan berkurang pada awal 1945 saat salah satu dari 2 batalion infantri yang ditempatkan di pulau itu (Batalion Infantri Independen ke-454) ditarik ke Balikpapan. Batalion ini dihancurkan oleh Divisi ke-7 Australia pada bulan Juli selama Pertempuran Balikpapan.[12]
Era Kemerdekaan
Letak dan posisi yang strategis telah mampu menjadikan kecamatan Tarakan sebagai salah satu sentra industri di wilayah Kalimantan Timur bagian utara sehingga pemerintah perlu untuk meningkatkan statusnya menjadi Kota Administratif sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 1981.
Status Kota Administratif kembali ditingkatkan menjadi Kotamadya berdasarkan Undang-undang RI No. 29 Tahun 1997 yang peresmiannya dilakukan langsung oleh Menteri dalam Negeri pada tanggal 15 Desember 1997, sekaligus menandai tanggal tersebut sebagai Hari Jadi Kota Tarakan.
Pemerintahan
Kecamatan
Kota Tarakan terbagi atas 4 Kecamatan, yaitu :
- Kecamatan Tarakan Barat
- Kecamatan Tarakan Tengah
- Kecamatan Tarakan Timur
- Kecamatan Tarakan Utara
Kelurahan
Kota Tarakan terdiri dari 4 Kecamatan dan 20 Kelurahan, untuk Kecamatan Tarakan Barat dan Tarakan Tengah masing-masing terdiri dari 5 Kelurahan, untuk Tarakan Timur terdiri dari 7 Kelurahan dan 3 Kelurahan untuk Tarakan Utara.
Berikut adalah daftar Kelurahan di Kota Tarakan :
- Kelurahan Karang Anyar
- Kelurahan Karang Anyar Pantai
- Kelurahan Karang Balik
- Kelurahan Karang Rejo
- Kelurahan Karang Harapan
- Kelurahan Pamusian
- Kelurahan Kampung 1 Skip
- Kelurahan Selumit
- Kelurahan Selumit Pantai
- Kelurahan Sebengkok
- Kelurahan Lingkas Ujung
- Kelurahan Gunung Lingkas
- Kelurahan Kampung 4
- Kelurahan Kampung 6
- Kelurahan Mamburungan
- Kelurahan Mamburungan Timur
- Kelurahan Pantai Amal
- Kelurahan Juata Permai
- Kelurahan Juata Laut
- Kelurahan Juata Kerikil
Geografi
Kota Tarakan, yang secara geografis terletak pada 3°14'23" - 3°26'37" Lintang Utara dan 117°30'50" - 117°40'12" Bujur Timur, terdiri dari 2 (dua) pulau, yaitu Pulau Tarakan dan Pulau Sadau dengan luas wilayah mencapai 657,33 km².
Adapaun batas-batas wilayah sebagai berikut :
- Sebelah Utara : Kecamatan Pulau Bunyu
- Sebelah Timur : Laut Sulawesi
- Sebelah Selatan : Kecamatan Tanjung Palas
- Sebelah Barat : Kecamatan Sesayap dan Kecamatan Sekatak
Suhu udara minimum Kota Tarakan rata-rata 24,1 °C dan maksimum 31,1 °C dengan Kelembabab rata-rata 84,7%. Curah Hujan dalam 5 tahun terakhir rata-rata sekitar 308,2 mm/bulan dan penyinaran rata-rata 49,82%, telah memberikan julukan tersendiri bagi pulau ini sebagai daerah yang tak kenal musim.
Penduduk & Agama
Penduduk
Berikut adalah pertumbuhan penduduk Kota Tarakan dari tahun 1997 :
Tahun | Populasi |
---|---|
1980 | 55.444 jiwa |
1991 | 84.648 jiwa |
1997 | 109.353 jiwa |
1998 | 113.565 jiwa |
2000 | 116.641 jiwa |
2001 | 121.588 jiwa |
2003 | 149,998 jiwa |
2005 | 168.331 jiwa |
2007 | 176.981 jiwa |
2008 | 178.111 jiwa |
2010 | 193.069 jiwa [13] |
Berdasarkan data yang ada pada hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kota Tarakan mencapai 193.069 jiwa, terdiri dari laki-laki = 101.464 jiwa dan perempuan = 91.605 jiwa.
Penduduk Tarakan berdasarkan wilayah :
Jumlah penduduk di Kecamatan Tarakan Barat adalah 67.780 jiwa, berikut adalah data dari setiap kelurahan :
Kelurahan | Penduduk | Luas |
---|---|---|
Karang Anyar | 27.573 jiwa | 5,61 km² |
Karang Anyar Pantai | 17.855 jiwa | 8,51 km² |
Karang Balik | 7.875 jiwa | 0,80 km² |
Karang Harapan | 7.621 jiwa | 12,31 km² |
Karang Rejo | 6.856 jiwa | 0,76 km² |
Jumlah penduduk di Kecamatan Tarakan Tengah adalah 60.397 jiwa, berikut adalah data dari setiap kelurahan :
Kelurahan | Penduduk | Luas |
---|---|---|
Kampung 1 Skip | 8.410 jiwa | 50,61 km² |
Pamusian | 14.131 jiwa | 2,54 km² |
Sebengkok | 15.019 jiwa | 1,48 km² |
Selumit | 6.490 jiwa | 0,43 km² |
Selumit Pantai | 16.347 jiwa | 0,48 km² |
Jumlah penduduk di Kecamatan Tarakan Timur adalah 42.909 jiwa, berikut adalah data dari setiap kelurahan :
Kelurahan | Penduduk | Luas |
---|---|---|
Gunung Lingkas | 7.905 jiwa | 3,19 km² |
Lingkas Ujung | 10.409 jiwa | 1,16 km² |
Kampung 4 | 4.529 jiwa | 11,39 km² |
Kampung 6 | 5.433 jiwa | 11,21 km² |
Mamburungan | 7.633 jiwa | 8,51 km² |
Mamburungan Timur | 2.531 jiwa | 10,40 km² |
Pantai Amal | 4.469 jiwa | 12,15 km² |
Jumlah penduduk di Kecamatan Tarakan Utara adalah 21.983 jiwa, berikut adalah data dari setiap kelurahan :
Kelurahan | Penduduk | Luas |
---|---|---|
Juata Kerikil | 4.705 jiwa | 10,59 km² |
Juata Laut | 10.401 jiwa | 84,54 km² |
Juata Permai | 6.877 jiwa | 14,23 km² |
Suku & Agama
ota Tarakan, yang didiami oleh suku asli Tidung, dalam perkembangannya sebagaimana daerah lain dihuni pula oleh suku-suku lain seperti, Suku Dayak, Banjar, Jawa, Bugis, Batak, Toraja, Tionghoa, dan lain-lain.
Pemeluk agama terbesar adalah Islam disamping Kristen, Hindu dan Budha. Berikut jumlah Penduduk Menurut Agama/Kepercayaan :
Islam | 162.983 jiwa |
Protestan | 20.633 jiwa |
Katolik | 5.523 jiwa |
Budha | 3.746 jiwa |
Hindu | 162 jiwa |
Khonghucu | 12 jiwa |
Lain-lain | 10 jiwa |
Dibidang kesenian, Tanah Paguntaka ini terkenal akan Tari Jepen yang merupakan tari asli daerah ini, selain Hadrah dan tari-tari tradisional yang berasal dari berbagai daerah. Sementara di dunia musik, perkembangan musik tradisional dan modern juga menunjukkan kemajuan yang berarti.
Pendidikan
Pendidikan di Kota Tarakan lumayan maju, karena sudah memiliki 3 Sekolah Bertaraf Internasional, yaitu SMP Negeri 1 Tarakan[17] [18], SMP Negeri 3 Tarakan, dan SMA Negeri 1 Tarakan[19] [20], dan 2 Sekolah Adiwiyata, yaitu SMP Negeri 1 Tarakan dan SMK Negeri 1 Tarakan.
Berikut adalah data tentang pendidikan di Kota Tarakan :
- Taman Kanak-Kanak = 27 sekolah
- Sekolah Dasar = 65 sekolah (21.078 siswa)
- Sekolah Menengah Pertama = 21 sekolah (2.596 siswa)
- Sekolah Menengah Atas = 12 sekolah (1.617 siswa)
- Sekolah Menengah Kejuruan = 7 sekolah (396 siswa)
- Perguruan Tinggi = 6 sekolah
Transportasi
Darat
Di Tarakan hanya ada Taxi Bandara dan Angkutan Kota atau Angkot untuk transportasi darat, Bus hanya digunakan untuk karyawan industri di daerah Juwata Laut. Rencananya akan di bangun jembatan penghubung antara Kota Tarakan dengan Kecamatan Sekatak, Kabupaten Bulungan [21]. Panjang jembatan yang akan dibangun ini adalah 5 km dan akan melewati Pulau Sadau di tengahnya.
Tarakan menyediakan pelayanan transportasi laut dengan tujuan wilayah utara Kalimantan Timur dan Tawau, Sabah, Malaysia. Pelabuhan di Tarakan juga melayani transportasi laut ke Jawa dan Sulawesi. Di Kota Tarakan terdapat 4 pelabuhan utama antara lain Pelabuhan Tengkayu I, Pelabuhan Tengkayu II, Pelabuhan Malundung dan Pelabuhan Juwata Laut. Pelabuhan Tengkayu I dimanfaatkan sebagai pelabuhan untuk Speed Boat ke wilayah utara Kalimantan Timur jaraknya dari pusat kota sekitar 1 km, Pelabuhan Tengkayu II digunakan sebagai pelabuhan bongkar muat barang jarak dari pusat kota hanya 500 m, Pelabuhan Malundung digunakan sebagai pelabuhan untuk kapal besar tujuan Jawa, Sulawesi dan Malaysia jaraknya dari pusat kota 1,5 km, serta Pelabuhan Juwata Laut yang baru saja dibangun digunakan sebagai pelabuhan Ferry jaraknya dari pusat kota adalah 10 km.
Tarakan memiliki satu buah bandara, yaitu Bandar Udara Juwata [22]. Bandara Juwata dibangung pada saat Belanda masih menjajah Indonesia, Bandara Juwata juga digunakan sebagai tempat pertama kalinya mendarat pesawat milik Jepang pada tahun 1942. Bandara ini terletak 3,5 km dari pusat kota. Maskapai penerbangan yang beroperasi di Bandara ini antara lain Batavia Air, Lion Air, Mandala Airlines,Sriwijaya Air, Wings Air dan lain-lain. Destinasi penerbangan di Bandara Juwata yaitu Jakarta, Surabaya, Makassar, Yogyakarta, Balikpapandan lain-lain.
Obyek Wisata
Berikut adlah wisata-wisata yang dapat ditemukan di Tarakan[23] :
- Pesta Rakyat Iraw Tengkayu, merupakan peristiwa bersejarah bagi masyarakat bumi paguntaka biasa diperingati setiap 2 tahun sekali
- Pantai Amal, terdiri dari 2 buah pantai, yaitu pantai amal baru dan pantai amal lama, pantai ini terletak di Kelurahan Pantai Amal, Kecamatan Tarakan Timur. Pemandangan di pantai amal sangat indah karena memiliki banyak pohon kelapa dan airnya yang berwarna biru [24]
- Grand Tarakan Mall adalah pusat perbelanjaan modern terbesar di Kalimantan Utara
- Gusher Plaza, terletak dismping Hutan Mangrove, didalam Gusher Plaza terdapat ramayana, supermarket, KFC, EMI, time zone dan sebagainya [25]
- THM Plaza, berada di depan Grand Tarakan Mall, terdapat banyak kios, salah satunyaKFC
- Museum Rumah Bundar, merupakan museum dengan bentuk atap bundar atau setengah lingkaran, museum ini berisi peninggalan sejarah milik Belanda dan Jepang[26] [27]
- Baloy Adat Tidung, adalah museum peninggalan sejarah kerajaan tidung
- Hutan Mangrove, merupakan habitat alami dari fauna asli Tarakan, yakni Bekantan
- Islamic Center Baitul Izzah, Kampung Empat, Tarakan Timur adalah masjid terbesar di Kalimantan Timur bagian utara. Islamic Center ini terletak sekitar 5 km dari pusat kota. [28]
- Bais Cafè, terdapat kolam renam di belakangnya
- Penangkaran Buaya Juwata, berada di Kelurahan Karang Harapan, Tarakan Barat [29]. Obyek ini adalah salah satu obyek wisata unggulan di Kota Tarakan dan memiliki koleksi buaya dari beberapa wilayah di Kalimantan. Dengan luas sekitar 5 hektar, kegiatan penangkaran buaya telah dimulai sejak 1991. Ada tiga jenis buaya ditangkarkan di sini. Mereka adalah Buaya Muara (crocodylus porosus), Buaya Supit (tamistoma scheillius), dan Buaya Air Tawar (crocodylus siamlisus)
- Tarakan Expo, diadakan setiap ulang tahun Kota Tarakan mulai tanggal 15 Desember sampai tahun baru
- Wana Wisata Persemaian, sebuah Wana Wisata yang jaraknya kurang lebih 30 menit dari pusat kota ini merupakan sebuah tempat persemaian beberapa tumbuhan. Wana Wisata ini di miliki oleh badan Inhutani kota Tarakan. Tak hanya pepohonan atau tumbuhan saja yang dapat anda lihat disana, tetapi juga dapat ditemukan beberapa fauna yang hidup bebas ditempat tersebut. Wana Wisata ini terletak di KelurahanKarang Harapan, Tarakan Barat. Banyak yang berkunjung sebagai sarana piknik keluarga di samping itu tersedia juga sarana latihanGolf bagi pemula [30]
- Taman Kebun Anggrek, merupakan tempat atau lokasi penangkaran serta pembudidayaan Anggrek di Tarakan [31]
- Taman Oval Ladang
- Taman Oval Markoni
- Taman Oval Malundung
- Taman Monumen Penghargaan Kota Tarakan di Bandara Juwata
- Bungker Peninggalan Jepang di Bandara Juwata
- Makam Tentara Jepang
- Tugu Makam Tentara Australia
- Air Terjun Karungan
- Pulau Sadau
- Taman Rekreasi Air 3R
Tidak ada komentar:
Posting Komentar